Kari Kambing dan Nasi Minyak Khas Yaman Racikan Haji Abuk yang Melegenda
Jakarta - Tak hanya pempek, Palembang punya kari kambing lezat yang enak disuap dengan nasi minyak yang gurih semerbak.
Berkunjung ke Palembang jangan lupa untuk mampir ke Rumah Makan Nasi Minyak Haji Abuk. Di sini, pengunjung bisa menikmati Nasi Minyak dan Kari Kambing gaya Arab Saudi yang sudah ada semenjak 47 tahun lalu.
Menurut cerita, rumah makan yang bangun tahun 1970-an ini awalnya hanya berjualan nasi minyak di Pasar 16 ilir kota Palembang, itu pun hanya pada hari Jumat saja. Sampai balasannya makanan ini disebut-sebut sudah menjadi ikon masakan kota Palembang.
Rumah Makan Nasi Minyak Haji Abuk. Foto: Raja Adil Siregar |
Tingginya musim masyarakat akan makanan yang dimasak dengan minyak samin membuat pemiliknya Haji Abdullah Sahab atau yang biasa disapa Haji Abuk harus mencari lokasi baru. Karenanya pada tahun 1980-an ia pindah ke tempat yang gres yang lebih luas.
Sesudah pindah dari Pasar 16 Ilir, berpindah lagi ke Pasar Kuto di Jl. Dr.M.Isa pada tahun 1990-an, rumah makan Haji Abuk semakin populer dan dikenal masyarakat sekitar. Pada tahun itu pula banyak pelanggan yang menyarankan Haji Abuk untuk buka tidak hanya pada hari Jumat saja. Buka setiap hari semoga masyarakat yang ingin menikmati dapat membelinya setiap hari.
Dari pantauan detikcom, setelah populer dengan masakan khas Arab Saudi, Nasi Minyak dan Kari Kambing yang ternyata juga menjadi makanan kesukaan Sultan d imasa itu hari ini bisa dinikmati masyarakat luas. Dalam sehari, Haji Abuk bisa menghabiskan 20 kilogram beras untuk pembuatan Nasi Minyak dan 10 Kilogram daging kambing untuk membuat Kari Kambing.
Ragam menu spesial di Rumah Makan Nasi Minyak Haji Abuk. Foto: Raja Adil Siregar |
"Dalam sehari itu ada 20 kilogram beras untuk disajikan sebagai Nasi Minyak dan 10 kilogram daging Kambing untuk materi baku Kari Kambingnya. Masakan ini juga satu paket, ketika orang makan Nasi Minyak pasti juga pakai Kari Kambing sebagai menu utamanya," ujar Fahmi Alkaf yang merupakan menantu Haji Abuk dan telah mengelola warung makan ini semenjak tahun 2000 lalu.
Haji Abuk memperlihatkan kepercaya pada Fahmi, menantunya, suami anaknya Fadillah untuk mengelola rumah makan ini. Sejak itu pula, Fahmi bersama istrinya mulai menekuni usaha keluarga yang diturunkan dengan tetap menjaga diam-diam bumbu sampai memiliki rasa khas dan berbeda dari yang lainnya.
Untuk pembeli, Fahmi menyebut kalau masakan khas mertuanya yang merupakan turunan Yaman Selatan ini berasal dari banyak sekali daerah. Ada yang dari Malaysia, Singapura, Yaman, Arab Saudi dan negara-negara Islam lainnya. Bahkan beberapa masyarakat kota Palembang yang sudah merantau pun ketika pulang pasti mampir ke rumah makan ini.
"Kalau yang beli itu banyak dari kota Palembang maupun luar tempat yang sudah mengenal Nasi Minyak dan Kari Kambing. Bahkan kalau ada envent Internasional di Sumsel pasti ada pembeli yang eksklusif datang dari Malaysia, Singapura, Yaman, Arab Saudi dan negara-negara Islam lainnya," sambung Fami sembari melayani pembeli yang terus berdatangan.
Saat ini rumah makan Haji Abuk juga telah dilengkapi beberapa menu khas . Seperti tongseng kambing, kambing goreng, Malbi (gulai sapi), tunjang sapi, burung puyuh goreng dan gulai burung belibis.
Untuk tetap menjaga cita rasa masakan, Haji Abuk yang disebut 'sudah pensiun' ini juga tetap mengontrol dan merasakan hasil masakan dengan bumbu khas buatannya. Termasuk di satu cabang rumah makan Haji Abuk yang berada di Jl. Mangku Negara Palembang.
Rumah Makan Nasi Minyak Haji Abuk punya banyak sajian enak yang wajib Anda coba. Foto: Raja Adil Siregar |
"Abah masih sering ke sini untuk merasakan hasil masakan biar tidak ada berubah, Ya, satu ahad itu yakni 3 atau 4 kali datang untuk kontrol di sini sama satu rumah makan cabang yang gres dibuka 6 tahun lalu. Karena menurut abah rasa itu yang paling utama dan membuat kami beda dengan rumah makan Nasi Minyak lainnya," sambungnya lagi.
Sirojuddin, pengunjung kelahiran Palembang yang sudah menetap belasan tahun di Jakarta selalu mampir ke rumah makan ini ketika pulang ke Palembang.
"Saya sekarang tinggal di Jakarta dan memang setiap pulang ke Palembang selalu ke sini sama keluarga, makan bersama ramai-ramai. Kenapa saya makan di sini, alasannya disini itu berbeda dari rumah makan yang lainnya," ujarnya.
Pelengkap untuk makan nasi minyak dan kari kambing. Foto: Raja Adil Siregar |
Bahkan, menurutnya daging kambing pada kari kambing sangat lunak dan sangat cocok kalau disantap bersama nasi minyak. Inilah alasan dirinya bersama keluarga selalu datang dan mengingat masakan ini ketika berada di perantauan.
"Di Jakarta itu selalu ingat sama makanan ini, setiap mau pulang ke Palembang itu pasti sudah direncanakan untuk makan bersama di sini. Karena selain rasa juga harganya sangat terjangkau," tutupnya.