iklan

Begini Kesan Peserta Beef Masterclass tentang Dry Aged Steak

Foto: dok. DetikFoodFoto: dok. DetikFood

Jakarta - Para penerima Beef Masterclass tidak hanya mampu mendapat ilmu ihwal daging dengan pelayuan kering. Mereka juga mampu mencicip beefsteak enak.

Hampir 50 penerima disuguhi makanan lezat racikan AB Steak by Chef Akira Back selepas Beef Masterclass. Santapan dimulai dengan Grilled Romaine Salad yang dilengkapi tiger prawn panggang.

Peserta pun mampu mencicip pribadi olahan dry aged beef. Antara lain ada 21 Days Aged Sliders with Truffle Fries, 30 Days Dry Aged Topside - Australian Wagyu 7+, dan 60 Days Dry Aged Ribeye - 200 days grain fed Australian Angus.

Begini Kesan Peserta 'Beef Masterclass' ihwal <i>Dry Aged Steak</i>Foto: dok. DetikFood

Dessert Butter Mochi Cake jadi penutup makan. Menu ini dilengkapi salted caramel popcorn & macademia sekaligus sorbet kelapa.

Setelah makan siang ada pengundian doorprize untuk dua penerima beruntung. Masing-masing mendapat satu botol red wine.

Beef Masterclass kali ini tidak hanya didatangi penerima sekitar Jakarta. Ada juga dari Sumatera.

Indra Buana, salah seorang penikmat kuliner, datang dari Palembang untuk mengikuti acara. Selain suka kuliner, ia tertarik dengan hal gres ibarat aging steak ini.

"Jadi untuk steak dengan aging ini pengalaman pertama buat saya. Saya selama ini nggak tau ada aging sekian lama kemudian (daging) dikonsumsi. Ada yang hingga 120 hari. Saya senang jadi pengetahuan ihwal steak bertambah luas," ujar pemilik sebuah coffee shop di Palembang ini.

Begini Kesan Peserta 'Beef Masterclass' ihwal <i>Dry Aged Steak</i>Foto: dok. DetikFood

Ia mengaku selama ini menduga steak hanya dibikin dari daging segar. "Ternyata ada pilihan lain yaitu aging, wet aging dan dry aging. Kaprikornus rasa juga berbeda, ada sensasi yang selama ini saya nggak dapat. Ini lebih juicy, lebih lembut. Ternyata ada rasa yang susah digambarin," lanjutnya.

Salah satu chef hotel di Pekanbaru, Munggar, juga mengakui hal sama. "Saya cobain ibarat ada blue cheese-nya. Mungkin ke depannya saya aplikasi ke menu sesuai dengan pengecap Indonesia. Karena ibarat kita tahu di Indonesia masih banyak yang sedikit geli lihat juicy daging (steak). Sayang sekali jikalau dry age pengolahannya salah. Well done atau medium well nggak direkomendasikan," ujar chef yang tertarik ikut alasannya yaitu mengaku dry age sedang booming.

Subscribe to receive free email updates: