Usai Nonton ICC, Jajan Enak di Katong Mulai Rp 5 Ribu
Jakarta - International Champions Cup (ICC) dihelat bersamaan dengan Singapore Food Festival. Ada suguhan jajanan lawas serba 50 sen dan mampu makan enak di Katong.
ICC Singapura sudah ditutup pada Sabtu (299/7/2017). Inter milan menjadi tim tersukses dengan dua kali kemenangan di National Stadium. Nerazzurri menang atas Bayern Munich kemudian berhasil mengalahkan Chelsea.
Setelah menikmati pertandingan-pertandingan atau sembari menunggu jeda satu pertandingan ke pertandingan lainnya dalam turnamen segitiga itu, pelancong mampu menjajal sensasi makanan peranakan di China Town.
Baca Juga: ICC Singapura Bonus Great Sale dan Festival Jajanan Sajian Teh
Foto: detikcom |
Istimewanya jajanan ditawarkan dengan harga serba 50 sen atau setara dengan Rp 5 ribu. Bersama Singapore Tourism Board, kami napak tilas daerah peranakan Joo Chiat Road. Ini bukan di area China Town., tapi di Katong, akrab dengan Kampung Gelam yang didominasi warga muslim Singapura.
Sepanjang Joo Chiat, kami disuguhi kuliner, baik makan besar atau pun jajanan, juga penampakan gedung-gedung kuno yang masih terawat sangat baik. Untuk urusan makanan dan jajanan peranakan tak terlalu berbeda dengan yang dijumpai di Jakarta.
Kami merasakan ikan asam manis, ayam pongteh, dan chap chye di Artiste Residency. Tempat makan ini gampang ditemukan dengan penanda sebuah patung berwarna emas ialah salah satu Sultan Pahang, Sultan Abubakar.
Foto: detikcom |
Citarasa ikan asam pedas Nonya ini menyerupai dengan gulai. Berkuah merah oranye dan pekat. Rasa kecutnya berasal dari asam Jawa. Potongan ikan tenggirinya terasa gurih kenyal. Adapun ayam pongteh menyerupai dengan ayam semur dengan cuilan kentang. Yang membedakan pemakaian tauco dalam bumbunya. Warna cokelatnya didapat dari gula Melaka atau gula Jawa bukan dari kecap manis menyerupai semur.
Tapi, untuk chap cye justru berbeda dengan cap cay Indonesia. Meskipun sama-sama memakai sayuran. Tetapi aneka jamur, kembang tahu dan suun serta ebi dalam bumbunya membuat sajian ini terasa lebih gurih.
Tiga menu tersebut kami dinikmati dengan nasi dan sambal. Bersantap di atas tok panjang, sebuah meja panjang yang mampu digunakan untuk makan bahu-membahu 24 orang. Acara makan komunal ini benar-benar asyik!
Foto: detikcom |
Usai makan besar, kami diajak untuk berburu jajan pasar. Ondeh-ondeh, kudapan manis lapis, dan kudapan manis ku gampang ditemukan di daerah ini. Ondeh-ondeh itu menyerupai klepon, hanya saja tampil dengan warna-warni.
"Ondeh-ondeh ini biasa dinikmati dikala kumpul keluarga. Dalam tradisinya dibuat warna-warni sebab dipercaya mampu menumbuhkan kegembiraan," kata Helen Lim, pewaris Ng Eng Teng, pendiri restoran yang kini disebut Artiste Residency itu.
Foto: detikcom |
Setelah merasakan makanan dan jajanan itu, kami berkeliling jalanan Joo Chiat Road. Bangunan kuno dengan dua atau tiga lantai mendominasi jalanan yang kami susuri. Perjalanan diakhiri di Rumah Kim Choo.
Dari depan, rumah ini terlihat menyerupai toko souvenir. Beragam barang khas peranakan mampu didapat. Mulai dari kebaya encim, sarung, selop, sampai aneka peralatan rumah tangga. Mangkuk porselen, rantang sampai alat masak.
Di lantai dua, beragam benda-benda khas peranakan ditata rapi. Seperti rumah keluarga peranakan. Ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur sampai beragam hiasan rumah mampu dilihat.