Sie Kameng dari Aceh Besar Khas Ridha Ilahi Diracik dengan Bumbu Rahasia
Jakarta - Butuh waktu 2 jam lebih buat memasak sie kameng ini. Semerbak amis rempahnya dan empuk daging kambingnya bikin air liur menitik. Sedapnya!
Tiga pria sibuk mengaduk-aduk pecahan daging kambing yang sudah dicampur bumbu dalam dua kuali besar. Api arang dibiarkan membara. Aroma kari dari kuali yang meng gelitik hidung sedapnya . Butuh waktu sekitar dua jam sehingga sie kameng (kari kambing) dapat disantap.
Proses memasak kari kambing di Rumah Makan Gulai Kambing Ridha Ilahi di daerah Simpang Surabaya, Banda Aceh, Aceh dimulai semenjak pagi sekitar pukul 08.00 WIB. Pekerja di sana membuatkan tugas. Daging kambing pilihan yang sudah disembelih kemudian dipotong kecil-kecil. Setelah itu, gres dilumuri bumbu yang diracik dengan sejumlah bahan.
Sie kameng khas Aceh yang sedap. Foto: Agus Setyadi |
Para pekerja kemudian membawa campuran daging dengan bumbu itu ke kuali. Di sanalah proses memasak dimulai. Beberapa orang bertugas mengaduk-aduk dan yang lainnya mencampuri bahan-bahan untuk memasak ibarat garam. Saat daging hampir empuk, selanjutnya ditambah pecahan nangka muda.
Selama proses memasak, kuah yang mendidih terus diaduk supaya daging tidak lengket di bab bawah kuali. Api dibiarkan terus menyala. Sie kameng atau bersahabat disebut kuah beulangong yang merupakan masakan khas Aceh Besar ini siap untuk disantap sekitar pukul 11.00 WIB.
"Untuk kari kambing ini kami mencari kambing pilihan artinya kambingnya itu jangan bau tanah sekali dan jangan muda sekali," kata Pemilik Rumah Makan Ridha Ilahi, Andrean (36) dikala ditemui di detikcom, Rabu (30/8/2017).
Bumbu yang dipakai untuk memasak kari kambing ini, kata Andrean, di antaranya bawang merah, cabe rawit, cabe merah, bawang putih, dan lainnya. Menurutnya, di rumah makan tersebut juga dipakai bumbu diam-diam sehingga rasanya berbeda dengan kari kambing lain.
"Kita ada bumbu khusus juga, bumbu rahasia," jelasnya.
Proses peracikan sie kameng Ridha Ilahi. Foto: Agus Setyadi |
Rumah makan Ridha Ilahi sendiri sudah berdiri semenjak tahun 1980. Dalam sehari, biasanya mereka menghabiskan enam ekor kambing atau sekitar 1000 porsi. Namun semenjak pembangunan fly over Simpang Surabaya, omzetnya menurun drastis. Dalam sehari kini hanya bisa menjual 700 porsi atau tiga ekor kambing.
Untuk bab kambing yang diambil dalam proses membuat kari ini, kata Andrean, yakni seluruh anggota tubuh, kecuali kaki. Di dalam kuah yang mendidih, juga terlihat kepala kambing yang sudah dibersihkan. Kepala tersebut juga dihidangkan kalau ada pelanggan yang pesan.
Sementara untuk soal rasa, Andre sangat menjadi kualitasnya dengan memilih menggunakan bahan-bahan pilihan. Mereka juga punya ciri khas tersendiri.
"Rasanya khasnya kita punya khas tersendiri yakni Khas Ridha Ilahi. Rumah makan Aceh Besar itu banyak. Khas Ridha Ilahi, kalau sudah makan di tempat lain tapi orang akan tahu ini khas Ridha Ilahi," ungkap pria asal Blang Bintang, Aceh Besar, Aceh ini.
Soal harga, kari kambing di sana dibanderol Rp 30 ribu per porsi. Namun untuk pelanggan yang ingin membeli kuah seharga Rp 5 ribu juga dibolehkan. Selain itu, di sana juga tersedia daging kambing bakar yang dipotong kecil-kecil dikala disajikan. Tinggal mencampuri dengan kecap, daging bakar itu siap disantap bersama kari kambing.
"Harganya per porsi Rp 30 ribu dan nasi Rp 5 ribu. Harga kita lebih ekonomis. Kalau ada pelanggan yang mau beli Rp 5 ribu silakan kita kasih," ungkapnya.